Hi, I'm back! :D
I have a new story for all of you. I'ts short story, guys. :)
Happy reading!
---------------------------------------------------------------------------
Tahun ajaran
baru, identik dengan semua serba baru, mulai dari tas, sepatu, peralatan tulis,
hingga seragam. Selain itu, tahun ajaran baru identik juga dengan siswa
‘pendatang’ baru. Ntah itu siswa dari sekolah lain dari kota yang sama, atau
dari luar kota. Itulah yang terjadi denganku dan teman-temanku.
Pada hari
pertama sekolah kelas VIII, jumlah siswa kami berkurang 1 karena salah satu
teman kami pindah ke Jawa. Mungkin teman-teman yang ia tinggalkan sedih semua
karena tidak dapat lagi bertemu dengannya. Tetapi pada hari ke-2 tahun ajaran
baru, jumlah siswa kami bertambah satu karena ada siswa baru.
Rian, itulah
namanya yang telah ia perkenalkan sewaktu berdiri di depan kelas. Ia dibimbing
masuk kelas oleh wakil kepala sekolah. Katanya sih dia pindahan dari Semarang,
dan pindah karena urusan kerja orangtua nya.
Pendiam.
Itulah kesan pertamaku ketika melihat dia beberapa hari ini. Mungkin dia
pendiam karena malu untuk bersosialisasi dengan yang lainnya, kan dia murid
baru, gak mungkin kan murid baru, datang, langsung banyak tingkah. Hehe...
Ternyata dia
juga pintar! Itu terbukti dari hari kelima di sekolah, dia sudah maju mewakili
kelompok IPS nya untuk mempresentasikan hasil dari tugasnya. Walaupun masih
agak keliatan nervous, tapi dia menunjukkan ke semua orang bahwa dia mampu.
Setelah beberapa
minggu kita sekolah, sikap pendiamnya tak kunjung hilang. Di dalam kelas, dia
hanya mengikuti pelajaran, berbicara seperlunya dengan teman yang disampingnya,
dan main hape. Mungkin dia masih segan sama kita. Tapi kalau dia segan, kita
lebih segan lagi untuk mengajaknya berbicara.
Tetapi
setelah beberapa bulan kita dan belajar bersama dalam satu kelas, dia
menunjukkan tanda-tanda persahabatan dengan kita. dia sudah mulai senyum,
tertawa, dsb.
Setiap
istirahat, teman sejatinya ialah smartphone nya. Ntah buka twitter / facebook,
atau sekedar sms, pasti asal istirahat dia membuka hape.
Kita berteman
dengan dia lebih dekat semenjak tempat
duduk di dalam kelas dipindah. Dia duduk dengan teman sebangku yang bernama
David. David orangnya pintar juga, tapi banyak omong.
Itulah sebabnya tempat
duduk di dalam kelas di rolling. (penyebabnya bukan dia aja sih).
Ntah dari
siapa, kakak kelas juga tahu bahwa ada pendatang baru di sekolah kita.
Sampai-sampai ada kakak kelas yang bernama Rita, pernah terlihat sedang duduk sambil
berbicara dengan si Rian. Kayaknya sih si Rian malu, soalnya kan dia anak baru,
dan diliatin semua orang kalau mereka lagi berbicara. Aku, david, ade, dan
teman-temanku yang lainnya pernah melihat mereka sedang berbicara di dekat
kantin. Ntah apa yang mereka bicarakan, mungkin bicara seputar sekolah, dan
masalah pelajaran.
Selain itu,
dia menunjukkan bahwa dia memanglah anak yang pada saat itu betul-betul diperhitungkan.
Ketika pemilihan pengurus OSIS, nama dia tercantum dalam pengurus OSIS
tersebut! Walaupun jabatan teman sekelasku ada yang lebih tinggi dari si Rian
dengan ada yang menjadi sekretaris OSIS, dan wakil ketua OSIS, tetapi jabatan
yang diraih Rian yaitu Ketua Bidang Keilmuan menunjukkan bahwa mempunyai
pengaruh yang besar bagi teman-temannya –termasuk aku- kelasku, dan sekolahku!
Setelah 6
bulan lamanya kita sekolah untuk semester 1, dia menunjukkan kebolehannya lagi.
Dia menyabet peringkat ketiga untuk tahun itu setelah ujian semester. Walaupun
peringkat dia lebih tinggi dari aku, tapi aku merasa puas dengan peringkatku
yang masih berada di dalam 10 besar.
Berteman
dengannya menyenangkan, tetapi pada saat anak-anak satu kelas berkumpul, dia
hanya diam sambil mendengarkan, atau tidak tertawa, dia jarang berbicara pada
saat anak-anak sedang berkumpul di depan kelas. Mungkin dia memang anak yang
pemalu dan tertutup, juga mudah naik darah ternyata! Hahaha...